oleh : Ashari Nasution (Ketua Panitia Kompetisi Liga Jakarta U-17)
Di bawah terik matahari yang menyinari Lapangan Pancoran Soccer Field (PSF), Jakarta Selatan, Sabtu (19/7/2025), dua sosok legendaris sepak bola nasional terlihat hadir dengan raut bersahabat. Maman Suryaman dan Tiastono Taufik, dua mantan pemain timnas yang pernah mengharumkan nama Indonesia di ajang SEA Games, kini tak lagi berseragam Merah Putih di lapangan. Tapi semangat dan kepedulian mereka terhadap sepak bola usia muda justru semakin menyala.
Dengan mengenakan topi dan rompi scouting, Maman dan Tias Tono menyapa satu per satu panitia di tenda putih Liga Jakarta U-17 Piala Gubernur DKI Jakarta 2025. Seperti dua penggemar Iwan Fals yang larut dalam nuansa album legendaris Sore Tugu Pancoran, mereka menikmati setiap momen di lapangan. Bukan sebagai penonton, melainkan sebagai pencari bakat yang bekerja untuk masa depan sepak bola Indonesia.
“Liga Jakarta U-17 ini adalah jalur yang benar menuju Timnas,” kata Maman membuka percakapan. “Di sini pemain muda benar-benar diberi kesempatan untuk mengasah skill dan mental bertanding secara berkelanjutan.”
Senada dengan itu, Tias Tono menambahkan, “Kami senang menjalani peran ini. Karena kompetisi seperti inilah yang menjadi ruang hidup pemain muda untuk berkembang dan menonjol secara alami.”
Sejauh ini, Maman dan Tias Tono telah menjaring 50 nama potensial dari total 137 pertandingan yang telah digelar. Namun keduanya menegaskan, proses seleksi belum usai. Masih banyak potensi yang terus tumbuh di setiap pekan kompetisi.
“Ada pemain-pemain yang mulai menonjol setelah menjalani beberapa laga. Mereka akan kami pantau terus hingga akhirnya kami putuskan layak ikut seleksi lanjutan,” ujar Maman.
Tias Tono mengamini pernyataan itu. Menurutnya, dinamika kompetisi telah mendorong munculnya talenta-talenta baru di luar daftar awal. “Kami tidak ingin menutup mata. Semua pemain punya peluang selama mereka tampil konsisten dan menunjukkan karakter,” ungkapnya.
Maman pun menjelaskan sistem seleksi yang diterapkan bersama Tias Tono bersifat terbuka dan dinamis. Meski telah dipilih 25 pemain terbaik dari putaran pertama, posisi mereka belum sepenuhnya aman.
“Kami akan kembali menjaring pemain di putaran kedua. Bisa jadi, ada pemain baru yang performanya melebihi ekspektasi. Mereka akan bersaing dengan 25 pemain terbaik sebelumnya,” terang Maman.
Bagi dua legenda ini, proses pemilihan bukan sekadar memilih siapa yang hebat di atas kertas. Mereka ingin menyusun fondasi kuat untuk regenerasi sepak bola nasional—dengan sistem seleksi yang kompetitif, sehat, dan berkelanjutan.
“Yang kami cari adalah 25 pemain terbaik dari yang terbaik. Tapi prosesnya harus adil dan terbuka. Tidak ada jaminan, semua harus terus membuktikan diri,” pungkas Maman.
Dengan semangat pembinaan yang menyala dan kepedulian mendalam terhadap masa depan Timnas, langkah Maman dan Tias Tono seolah menjadi jembatan harapan baru. Liga Jakarta U-17 bukan sekadar kompetisi, tapi ruang masa depan sepak bola Indonesia mulai dibentuk—satu pemain, satu pertandingan, satu kesempatan, satu mimpi yang dijaga bersama.