Di balik kesuksesan Akademi Sepak Bola Pemuda Jaya tampil konsisten di Liga Jakarta U-17 Piala Gubernur 2025, terdapat sosok pelatih penuh dedikasi bernama Bagus Tristyanovan. Sebagai pelatih spesialis penjaga gawang, Bagus bukan hanya fokus membina aspek teknis semata, tapi juga menjadikan kompetisi jangka panjang ini sebagai sarana pendidikan mental dan karakter—bagi pemain, orang tua, maupun tim manajemen klub.
Ditemui usai laga Pemuda Jaya kontra Mutiara Gemilang yang berakhir dengan kemenangan tipis 1-0, Bagus mengungkapkan betapa pentingnya kontinuitas dan ritme pertandingan dalam proses pembinaan usia muda. “Dari awal putaran pertama sampai jelang masuk putaran kedua, anak-anak sangat antusias. Mereka punya semangat membuktikan bahwa mereka yang terbaik,” ungkapnya. Namun dirinya kemudian melihat terjadi penurunan antusiasme saat mereka berhasil memimpin puncak klasemen, sebelum kemudian dikudeta tim lain.
Dirinya tak menutup mata atas dinamika yang terjadi di dalam tim. Salah satu tantangan paling nyata adalah bagaimana menjaga semangat kompetitif para pemain selama enam bulan kompetisi berlangsung.
“Waktu kami sempat di puncak klasemen pada paro putaran pertama, motivasi anak-anak mulai menurun karena merasa telah berhasil mencapai puncak. Ini jadi pelajaran penting. Mereka mengira sudah juara, padahal ini kompetisi panjang. Bahkan ada orang tua yang juga bertanya, kok belum juara?” ujarnya dengan nada reflektif.
Menurut Bagus, inilah nilai penting Liga Jakarta U-17 yang sangat jarang ditemui dalam kompetisi level junior di Tanah Air. “Saya terakhir merasakan kompetisi penuh seperti ini saat masih jadi pemain muda di Jakarta, sekitar tahun 2003–2004. Sudah hampir 20 tahun Jakarta vakum dari kompetisi junior yang berkesinambungan.”
Kompetisi panjang, kata Bagus, bukan hanya soal teknis pertandingan, tetapi mengajarkan tanggung jawab, konsistensi, dan daya tahan mental. Tidak hanya untuk pemain, tetapi juga bagi tim pelatih dan manajemen muda yang masih belajar bagaimana mengelola tim dalam jangka waktu panjang.
Lebih jauh, kompetisi berformat liga seperti ini sangat menunjang proses periodisasi latihan. Menurutnya, dalam standar ideal, seorang atlet muda harus mendapatkan minimal 30 pertandingan dalam setahun. “Dengan adanya Liga Jakarta, itu bisa tercapai. Hasilnya pun terlihat jelas: anak-anak jadi lebih rajin datang latihan, semangatnya tinggi, bahkan yang dulu sering absen kini mulai disiplin karena mereka tahu, untuk masuk tim harus dibuktikan lewat latihan.”
Di Pemuda Jaya, seleksi pemain dilakukan secara objektif. Nama besar atau reputasi masa lalu tak menjamin tempat di line-up utama. “Kami punya aturan. Kalau mau masuk tim, ya harus latihan. Tidak bisa hanya modal ‘pernah main di sini’ atau ‘anak pemain nasional’. Buktikan di latihan, baru dapat menit bermain.”
Secara teknis, Bagus juga melihat peningkatan signifikan. Menurutnya, pertandingan yang padat mempercepat kematangan insting bermain anak-anak. “Mereka belajar banyak soal kapan menunggu, kapan fast break, kapan harus mengulur bola. Ini yang tidak bisa didapat dari sekadar latihan. Semua itu hanya muncul dari situasi pertandingan yang nyata.”
Menanggapi kemenangan tipis atas Mutiara Gemilang, Bagus menjelaskan bahwa skuadnya tidak tampil dalam kekuatan penuh. “Kami hanya hadir dengan 15 pemain karena sebagian lainnya sedang tampil di Porprov dan Popnas. Beberapa yang turun pun sedang tidak dalam kondisi fit. Tapi anak-anak tetap fokus, dan itu penting.”
Bagus juga memberi kesempatan kepada pemain dari kelompok usia U-15 untuk promosi dan merasakan atmosfer Liga Jakarta. “Kami naikkan anak-anak kelahiran 2009 ke skuad utama supaya mereka bisa belajar langsung dari kompetisi ini. Ini penting untuk regenerasi dan kesinambungan akademi.”
Bagi Bagus Tristyanovan, Liga Jakarta U-17 bukan sekadar turnamen, tapi proses pembentukan karakter pemain sepak bola sejati. Ia percaya, dengan ritme dan sistem yang konsisten, kompetisi ini bisa menjadi cetak biru pembinaan sepak bola nasional. Sebuah “sekolah sepak bola sesungguhnya” yang memberi bekal bukan hanya untuk menang, tapi juga untuk tumbuh.