Liga Jakarta U 17 : Membangun Komunikasi Efektif dan Visi Jangka Panjang untuk 2026 (Bagian kedua- Habis)

Posted on

Setelah membedah tiga pilar utama—manajemen klub, pembinaan pemain, dan kualitas pertandingan—pada tulisan pertama, evaluasi putaran pertama Liga Jakarta U-17 kini berlanjut ke fondasi yang mengikat semuanya: komunikasi dan koordinasi. Sektor ini mungkin tidak terlihat langsung di atas lapangan hijau, namun perannya sangat vital dalam menentukan kelancaran dan keberhasilan sebuah kompetisi jangka panjang. Dari sinilah kita bisa merumuskan kerangka besar perbaikan untuk menyongsong musim 2026 yang lebih solid.

Pada sisi ini, penguatan komunikasi dan koordinasi  sebagai tulang punggung kompetisi adalah hal yang utama.  Sebagai penyelenggara kompetisi yang baru pertama kali digelar, kerja keras panitia Liga Jakarta U-17 harus diapresiasi dalam upayanya membangun jalur komunikasi. Penggunaan grup WhatsApp sebagai kanal informasi utama terbukti efektif untuk penyebaran jadwal, pengumuman, dan pembaruan penting secara cepat. Ini adalah langkah mendasar yang sudah benar. Namun, seiring berjalannya 17 pekan kompetisi, beberapa area untuk perbaikan mulai terlihat jelas.

Tantangan utama terletak pada konsistensi dan standarisasi informasi. Informasi penting seperti perubahan jadwal atau regulasi teknis sebaiknya disampaikan tidak dalam waktu yang terlalu mepet, ini dengan tujuan agar klub tidak kelabakan dalam melakukan persiapan. Selain itu, koordinasi tiga elemen utama—penyelenggara, klub, dan wasit—masih perlu memerlukan peningkatan.

Terjadinya perbedaan pemahaman regulasi antara apa yang disampaikan penyelenggara, apa yang dipahami klub, dan apa yang diterapkan wasit di lapangan beberapa kali masih terjadi. Mempersempit jarak pemahamanan ini akan mengurangi potensi konflik serta protes yang kemungkinan dapat muncul di tengah pelaksanaan pertandingan.

Sistem pelaporan dan penanganan masalah juga menjadi catatan penting. Ketika sebuah klub ingin mengajukan protes atau melaporkan sebuah insiden, alur birokrasinya terkadang belum sepenuhnya jelas. Siapa yang harus dihubungi? Apa saja dokumen yang perlu disiapkan? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan respons? Kejelasan dalam prosedur ini akan membangun kepercayaan (trust) dari para peserta. Klub akan merasa didengar dan dihargai, yang pada akhirnya akan memperkuat komitmen mereka terhadap kompetisi.

Beruntungnya di Liga Jakart U 17 ini, Pengawas Pertandingan (PP) dan penanggungjawab event sudah relatif tegas dan sangat memahami regulasi secara mendalam, sehingga  mampu mengatasi sejumlah persoalan krusial. PP bukan hanya bertugas mengisi formulir, tetapi harus menjadi kepanjangan tangan penyelenggara di lapangan, memastikan semua prosedur pra-pertandingan berjalan lancar dan menjadi penengah pertama jika ada masalah yang timbul.

Sejumlah capaian berkesan telah ditorehkan oleh penyelenggara untuk putaran pertama. Namun hal itu tak lantas bisa dikatakan masalah sudah selesai. Sejumlah kerikil dan hambatan pasti akan selalu muncul. Untuk itu langkah pelaksana menggelar kembali technical meeting sebelum putaran kedua berjalan-jika diperlukan dilakukan lagi di tengah putaran nanti-, adalah langkah bijaksana. Karena ini menjadi forum terbaik dalam menyamakan persepsi antara penyelenggara, klub, dan perwakilan wasit.

Menjadi perlu juga untuk dibuatkan buku panduan standar, atau Prosedur Operasi Standar (SOP) terkait hal teknis secara jelas, mulai
dari prosedur protes, pelaporan insiden, hingga alur komunikasi darurat. Sosialisasikan SOP ini kepada seluruh peserta di awal musim dan disegarkan lagi jelang putaran dua dimulai. Selain itu juga, adanya peningkatan kapasitas PP (Pengawas Pertandingan) untuk mereka agar tidak hanya bertugas secara administratif, tetapi juga memiliki kemampuan manajerial dan penyelesaian masalah di lapangan.

Dengan penerapan langkah-langkah tersebut, sebuah kerangka besar dan bervisi jangka panjang telah dimiliki oleh Liga Jakarta U 17 untuk kompetisi tahun 2026 mendatang. Ini memang terkesan menghakimi dan menggurui, namun semua bukan untuk mencari-cari kesalahan. Ini semua dimaksudkan untuk membangun sebuah cetak biru (blueprint) yang kokoh untuk masa depan.

Liga Jakarta U-17 telah berhasil meletakkan fondasi yang paling sulit: memulai. Kini, tugas selanjutnya adalah membangun di atas fondasi tersebut. Visi untuk tahun 2026 harus melampaui sekadar menyelenggarakan pertandingan. Liga Jakarta U-17 harus bertransformasi menjadi sebuah ekosistem pembinaan yang terintegrasi.

Ekosistem itu juga meniscayakan sejumlah peningkatan standarisasi. Mulai dari peserta yang bisa diawali melalui workshop manajemen dan kepelatihan. Ini secara bertahap akan membuat standar semua klub peserta akan terangkat. Peningkatan yang pada gilirannya akan menciptakan kompetisi yang lebih seimbang dan berkualitas.

Dalam hal pengembangan perangkat pertandingan, diperlukan investasi serius pada program pengembangan dan evaluasi wasit serta pengawas pertandingan karena hal itu adalah sebuah keharusan. Mereka adalah penjamin mutu dan keadilan di lapangan.

Integrasi data dan teknologi. Ini mencakupi kesatuan data statistik pertandingan yang terdiri dari data pencetak gol, assist, atau clean sheet. Unsur yang tidak hanya membuat liga lebih menarik, tetapi juga menjadi alat analisis yang berguna bagi para pelatih dan pemandu bakat.

Liga Jakarta U-17 telah membuktikan bahwa dengan niat baik dan kerja keras, sebuah kompetisi pembinaan yang idealis bisa terwujud. Putaran pertama adalah sebuah pelajaran berharga. Kini, dengan evaluasi yang jujur dan kemauan untuk berbenah, putaran kedua dan musim-musim berikutnya, terutama target di tahun 2026, memiliki potensi untuk tidak hanya menjadi kompetisi terbaik di Jakarta, tetapi juga menjadi model percontohan pembinaan sepak bola di tingkat nasional. Jalan masih panjang, tetapi arahnya sudah benar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *