Muhammad Rahdika Dolfalsah: “Pratama Arhan dari Pancoran” Senjata Handal Lemparan ke Dalam Farama FC di Liga Jakarta U 17

Posted on


Namanya mulai mencuri perhatian dalam kompetisi Liga Jakarta U-17 Piala Gubernur 2025 berkat kemampuannya yang unik—lemparan ke dalam jarak jauh ala Pratama Arhan. Bermain sebagai gelandang tengah di tim Farama Academy, remaja kelahiran Bekasi, 19 Oktober 2008 ini telah menjadi salah satu motor utama timnya dalam menghadapi kerasnya persaingan kompetisi yang digelar di Lapangan PSF Pancoran tersebut.

Dikenal dengan postur ramping namun punya disiplin latihan tinggi, Muhammad Rahdika Dollfalsah tak hanya menjadi jenderal lini tengah, tapi juga andalan dalam situasi bola mati—baik itu lemparan ke dalam, tendangan bebas, maupun penalti. Dari lapangan rumput PSF Pancoran, Farama Academy kini berada di posisi keempat klasemen akhir putaran pertama, dan kontribusi Rahdika menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan mereka.

Menariknya, keahlian Dolfalsah dalam melakukan lemparan ke dalam jarak jauh ternyata bermula dari permintaan sang ayah. “Awalnya cuma coba-coba karena disuruh orang tua, biar bisa bantu tim dengan cara lain,” ujar siswa kelas 11 SMA Negeri 7 Bekasi ini.

Namun dari situ, potensi itu mulai diasah secara serius. Di luar jadwal latihan reguler bersama Farama, Rahdika menyempatkan waktu untuk berlatih individu di rumah, termasuk latihan angkat beban demi memperkuat lemparannya. Tak cukup sampai di situ, ia juga banyak menonton video latihan dan permainan Pratama Arhan, bek kiri andalan tim nasional Indonesia, yang dikenal sebagai spesialis lemparan maut ke kotak penalti.

Kini, hampir di setiap pertandingan, Dollfalsah jadi tumpuan tim saat mendapat lemparan ke dalam di sepertiga akhir lapangan. “Kalau pas momennya tepat, lemparan itu bisa jadi setengah gol. Apalagi kalo teman-teman depan sudah siap menyambut,” jelasnya.

Kemampuan teknis Dolfalsah tak berhenti di situ. Ia juga dikenal sebagai eksekutor tendangan bebas dan penalti yang mumpuni. “Pernah merasa tertekan juga saat harus ambil penalti, apalagi kalau tim lagi tertinggal,” aku pemain kelahiran Depok ini. Namun, ia punya cara tersendiri untuk menghadapinya: menenangkan diri, mengalihkan tekanan menjadi tanggung jawab, dan memegang prinsip bahwa setiap momen di lapangan adalah ujian mental dan fokus.

Saat ini, dirinya sudah 4 tahun bersama Farama Academy. Rahdika tumbuh dalam sistem pembinaan yang rapi—dari kelompok usia dini hingga remaja. Pilihan untuk menekuni sepak bola sebenarnya bukan keputusan awalnya. Di masa kecil, Rahdika sempat menekuni bola voli. Namun karena ajakan saudara, ia mencoba sepak bola, dan merasa klik. Sejak usia 9 tahun, ia tak pernah menoleh ke belakang.

“Saya merasa sepak bola lebih cocok, lebih menantang. Apalagi setelah tahu punya potensi,” tuturnya.

Sebagai kapten tim, Rahdika tak hanya diminta menjadi pemimpin permainan di tengah lapangan. Ia juga harus menjadi pembawa semangat ketika tim tertinggal, penghubung antarpemain, serta penentu tempo permainan. “Ada beban tambahan, tapi saya belajar untuk menjadikan itu sebagai motivasi, bukan tekanan.”

Dukungan orang tua menjadi landasan kuat bagi perjalanan Rahdika. Bagi remaja yang mengidolakan Toni Kroos—gelandang cerdas asal Jerman yang terkenal akan akurasi passing dan visi bermainnya—cita-cita utamanya sangat jelas: membanggakan kedua orang tua melalui sepak bola. Ia juga menyatakan bahwa sepak bola akan menjadi jalur karier masa depan yang akan ia tempuh setelah lulus sekolah.

Berada di panggung besar seperti Liga Jakarta U-17 adalah peluang yang tak akan ia sia-siakan. Bersama Farama Academy dan lapangan PSF Pancoran sebagai saksi, Muhammad Rahdika Dollfalsah tak hanya jadi pemain tengah tangguh, tapi juga senjata rahasia Farama dengan lemparan maut ala Arhan yang bisa membalikkan keadaan kapan pun dibutuhkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *