Dua talent scouting Kompetisi Liga Jakarta U17, Tyas Tono Taufik dan Maman Suryaman

Tyas Tono Taufik Mencari Bintang Masa Depan di Liga Jakarta U17

Posted on

JAKARTA, Di balik keringat para kontestan kompetisi Liga Jakarta U17 Piala Gubernur 2025, ada seseorang yang diam-diam bekerja dalam senyap, menelusuri bakat-bakat muda dari lapangan ke lapangan, mencatat detail kecil dari setiap pemain, dan merangkumnya menjadi daftar nama untuk disiapkan dalam gelaran Perang Bintang  pada jeda paruh musim kompetisi ini. Dialah Tyas Tono Taufik, mantan pemain Timnas Indonesia era 1980-an yang kini menjabat sebagai talent scouting dalam ajang penting untuk mencari bakat-bakat muda potensial tanah air itu.

Darah sepakbola sudah mengalir kuat dalam diri Tyas sejak muda. Bermula Aceh tanah kelahirannya,  karirnya kemudian  merentang jauh  sampai ke panggung nasional,termasuk diantaranya bergabung dengan  PSSI Garuda pada tahun 1985, serta timnas SEA Games 1987, saat Indonesia sukses merebut medali emas cabang ini.

Tak cuma di timnas, ia juga pernah mengembangkan karir di sejumlah klub besar tanah air seperti Persija, sebelum menutup karir di Persikota Tangerang. Kini, di usia matang, ia memilih peran berbeda—bukan lagi sebagai pemain, tapi sebagai pengamat tajam yang bertugas menyeleksi calon-calon bintang muda yang akan tampil di Laga Perang Bintang kompetisi junior ibu kota tersebut.

“Seleksi pemain bukan cuma soal teknik. Saya pegang 4–5 kriteria utama seperti skill, stamina, visi bermain, tapi ada satu lagi yang sangat penting: attitude,” ujarnya tegas saat ditemui di sela-sela pengamatan pertandingan   putaran pertama Liga Jakarta U17 Piala Gubernur 2025.

Sebagai mantan pemain, Tyas tahu persis bahwa bakat saja tidak cukup. Sikap di lapangan, kemampuan menghargai keputusan wasit, dan cara seorang pemain berinteraksi dengan rekan setim menjadi indikator penting. “Kalau di usia muda sudah suka ngomong kasar, itu saya coret. Itu perilaku tidak terpuji. Anak-anak harus belajar sejak dini bahwa sportif itu bukan hanya soal main bola bagus, tapi juga soal etika,” katanya.

Ia mencatat bahwa mayoritas pemain yang ikut dalam liga ini menunjukkan semangat yang tinggi dan sportivitas yang membanggakan. “Ada emosi sesaat di lapangan, itu wajar. Tapi secara umum mereka tahu cara menghargai lawan, apalagi setelah benturan fisik. Itu nilai besar,” ucap Tyas.

Tyas telah mengumpulkan sekitar 50 nama sebagai calon pemain Perang Bintang. Ia menyebut beberapa nama yang menarik perhatiannya. Meski hanya menyebut sebagian nama, namun tak berarti yang lain tak berkualitas. Nama-nama yang ada dalam catatan ini adalah sosok yang menurutnya punya kualitas berbeda dibanding kandidat lain.

Di posisi kiper, Tyas menyoroti Nur Fadli Bagoes Budiono dari Batavia FC, Davian Rayana dari PSF, serta Fajar Alfani dari Putra Betawi. “Mereka aktif memberi instruksi, punya postur bagus, dan bisa membaca permainan. Itu modal besar,” jelasnya.

Untuk lini belakang, ia menyebut Roman Madawi dari Bina Mutiara dan seorang gelandang serang Raga Negeri bernomor punggung 10, Reza Nur Muhammad. “Solid, tangguh, dan komunikatif. Mereka bisa jadi pemimpin di pertahanan,” ujarnya.

“Dia mobile, bisa main di posisi 8 atau 10, bahkan sesekali jadi striker. Ini pemain yang serbabisa,” kata Tyas dengan mata berbinar.

Sementara untuk posisi depan, Wais Kazindar dari Farama FC menjadi pilihan utamanya. “Mental, kualitas permainan, dan akhlaknya lebih dari yang lain. Anak ini siap naik kelas,” ujar Tyas penuh harap.

Bagi Tyas, tugas sebagai talent scouting bukan hanya soal menemukan pemain bagus, tapi juga memberi mereka jalan agar bisa tumbuh dan berkembang. “Saya berharap anak-anak ini bisa mendapat reward yang tepat, agar karier mereka tidak berhenti di sini. Kalau bisa, lebih tinggi lagi.  Karena mereka layak untuk itu,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *