Geliat Bursa Transfer Pemain, Industri Sepakbola Hingga Tuntutan Profesionalisme (Edisi 3)

Posted on

Oleh : Azhari Nasution, Wartawan Olahraga dan Mantan Wakil Ketua SIWO PWI Pusat

Keberadaan Liga Jakarta U 17 Piala Gubernur DKI Jakarta 2025 secara tidak tidak langusng telah menggerakkan industri sepakbola di Tanah Air. Tidak hanya itu saja, klub-klub peseta Liga Jakarta U 17 kini naik kasta dan menjadi pilihan utama bagi para pemain muda dari berbagai daerah.

Manajer dan pelatih Kepala Urakan FC, Faisal menegaskan, anak-anak itu tidak hanya ingin latihan tetapi mau ikut kompetisi. Makanya, klub-klub peserta Liga Jakarta U 17 sudah pasti jadi tujuan mereka. “Jumlah pemain muda yang berlatih di Urakan FC sudah mengalami peningkatan. Kalau boleh dibilang klub kita naik kasta,” aku Faisal.

Peningkatan jumlah pemain dan eskodus pemain dari berbagai daerah ini, kata Faisal, secara otomatis menggerakkan industri olahraga. Karena, pihak manajemen Urakan FC sudah harus memikirkan tempat penampungan (mess) pemain yang dipastikan akan menyedot tenaga kerja.
“Sudah ada dalam plan untuk itu. Kini, pembenahan mess telah dilakukan untuk menampung para pemain berkualitas dari berbagai daerah mengingat tahun depan panitia bukan hanya menghadirkan Liga Jakarta U 17, tetapi ada Liga Jakarta U 15 dan Liga Sepakbola Putri Jakarta U 16,” ungkapnya.

Selain naik kasta, jelas Faisal, pemain-pemain klub peserta Liga Jakarta U 17 Piala Gubernur DKI Jakarta 2025 sudah dilirik klub-klub Elite Pro Academy dan klub-klub Liga. “Sudah banyak pelatih klub-klub Elite Pro Academy yang datang memantau pemain di Liga Jakarta U 17. Begitu juga utusan dari klub-klub Liga 1. Dan, pemain Urakan FC pun sudah mendapat tawaran,” kata Faisal.

Tawaran yang sama juga dilontarkan Manajer Betawi FC, Nuri. Bahkan, dia menyebut pemainnya sudah mendapat tawaran bermain di Piala Suratin. “Sudah ada pemain kami yang mendapat tawawan bermain di Piala Suratin,” timpalnya.

Melihat perkembangan signifikan tersebut, Faisal menyebut Liga Jakarta U 17 telah membuka terciptanya Bursa Pemain. Sehingga, klub-klub Liga Jakarta U 17 tidak perlu lagi mendorong pemainnya mengikuti seleksi yang digelar klub Elite Pro Academy.

“Biasanya kita mengirimkan pemain mengikuti seleksi. Sekarang, kita tidak perlu lagi melakukannya karena klub kita sudah berada di jalur kompetisi dan bukan turnamen. Mereka tinggal pantau saja dan pilih pemain sesuai kebutuhannya,” katanya.

“Liga Jakarta U 17 sebagai kawah candra dimuka pemain bertalenta. Mereka sudah teruji karena telah melampaui minimal standar pertandingan yang diikuti sesuai ketentuan FIFA,” ungkap Faisal yang masih kental logat Minangnya.

Tidak berhenti di situ saja. Etalase yang dimunculkan Liga Jakarta U 17 ini telah mengangkat harga jual para pemain muda berkualitas. Karena, pemain muda bertalenta bisa terlihat dengan jelas. “Kalau dulu, kita hanya membebankan biaya pengganti saja jika diinginkan klub lain. Sekarang pemain itu sudah ada harganya. Semakin berkualitas maka semakin tinggi harganya,” tegasnya.

Dampak positif lain yang ditimbulkan Liga Jakarta U 17 yakni tuntutan profesionalisme klub peserta. Bukan hanya pengelolaan, tetapi mereka dipaksakan untuk meningkatkan kualitasnya program latihan sehingga para pemain bisa tampil lebih baik lagi dalam setiap pertandingan.

“Kita harus serius di Liga Jakarta U 17 ini. Boleh saja Urakan FC, klub sepakbola amatir tetapi tuntutan profesionalisme wajib kita dipenuhi. Makanya, saya sempat menangis ketika Urakan FC terus mengalami kekalahan,” paparnya.

“Saya sudah melakukan evaluasi total. Di putaran kedua, Urakan FC harus bangkit. Bukan hanya bisa naik ke papan tengah tetapi sebagai antisipasi bilamana Liga Jakarta U 17 memberlakukan sistem promosi dan degradasi. Degradasi itu kan momok yang menakutkan,” lanjutnya.
Untuk memenuhi ambisi tersebut, Faisal tidak punya pilihan lain dan harus menyingkirkan para pemain yang tidak serius dan dinilai tidak bisa berkembang. Begitu juga pelatih yang dinilainya tidak punya kemampuan membawa Urakan FC meraih kemenangan.

“Sudah banyak pemain yang dicoret karena tidak serius dan tidak mengalami peningkatan selama tampil di putaran pertama. Begitu juga pelatih yang ketahuan lebih mengutamakan pemain “titipan” dengan mengesampingkan pemain berkualitas. Nama klub itu harus dijaga. Kalau bisa kita bukan hanya mampu meningkatkan prestasi tetapi juga melahirkan pemain-pemain muda berkualitas. Itu kan tujuan utama kita mendirikan klub,” tegasnya lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *