JAKARTA – I Gede Widiade, pengusaha dan tokoh sepakbola nasional asal Surabaya, asyik menyaksikan tim sepakbola di bawah binaannya, Batavia FC, bertanding melawan ISA Marzuki Bandriawan di Liga Jakarta U17 Piala Gubernur 2025, Minggu (27/7). Batavia FC menang 4-0.
“Masyarakat sepakbola Indonesia sudah tidak perlu berharap kepada federasi untuk menggelar kompetisi seperti ini,” ujar pemilik dan mantan pemilik sejumlah klub sepakbola Indonesia ini.
“Terbukti kan, federasi (PSSI) tidak pernah bisa menggelar kompetisi seperti Liga Jakarta U17 ini.”
Kompetisi Liga Jakarta U17 Piala Gubernur 2025 digelar sejak April hingga Oktober 2025. Ada 17 klub yang terlibat di kompetisi ini. Setiap klub akan saling berhadapan 2 kali di putaran 1 dan 2 dengan total pertandingan 272.
“Baru Jakarta yang bisa menggelar kompetisi usia muda seperti ini. Padahal Indonesia memiliki 38 provinsi,” tambah Gede. “Padahal banyak talenta muda di 37 provinsi lain yang bisa jadi pemain nasional. Tapi mereka tak pernah jadi apa-apa karena tidak ada wadah yang baik untuk mereka.”
“PSSI hanya punya turnamen Piala Soeratin sekali setiap tahun dengan durasi, katakanlah, satu bulan. Lah setelah itu, anak-anak mau ngapain selama 11 bulan?” sambung Gede.
“Kompetisi Liga Jakarta U17 ini disambut antusias masyarakat sepakbola Jakarta, kenapa? Karena mereka butuh arena bermain, arena mengasah kemampuan. Mereka tidak bisa mengandalkan turnamen seperti Piala Soeratin,” beber Gede pula.
MBAH COCO PALING CINTA SEPAKBOLA – Kompetisi Liga Jakarta U17 Piala Gubernur 2025 ini digelar atas upaya wartawan nasional senior J. Erwiyantoro, figur yang banyak tak disukai pengurus PSSI baik yang saat ini sedang menguasai federasi maupun pengurus-pengurus PSSI sebelumnya lantaran tak pernah gentar melontarkan kritik.
“Nah, terbukti, Mbah Coco [panggilan J. Erwiyantoro], orang yang paling mereka benci, ternyata orang yang paling cinta sepakbola nasional. Kompetisi ini buktinya,” ungkap Gede pula.
Karena itu, kata Gede, siapa pun yang tak suka Liga Jakarta U17, mereka yang nyinyir terhadap sepak terjang Mbah Coco dan kawan-kawan di Pancoran Soccer Field, “sumpal saja mulutnya pake bola,” seloroh Gede.
I Gede Widiade mendukung penuh Liga Jakarta dengan menyediakan lapangan Pancoran Soccer Field sebebas-bebasnya selama tidak digunakan penyewa lain. Lapngan rumput 1 dan 2 bersama lapangan sintetis 1 dan 2, kapan saja bisa digunakan untuk pertandingan Liga Jakarta U17.
GUBERNUR DKI JAKARTA GERAH – Liga Jakarta U17 digelar di lapangan rumput PSF setiap Rabu siang dan Sabtu/Minggu pagi dengan 4 pertandingan setiap harinya. Dari kompetisi ini dipastikan akan lahir para pemain yang nantinya bisa membela Jakarta di kancah nasional, bahkan menjadi pemain nasinonal. Itu pula impian 425 pemain dari 17 klub yang berkiprah.

“Turnamen ini saya dukung, juga didukung Gubernur DKI Jakarta Mas Pram [Pramono Anung] yang terhormat. Mengapa? Mas Pram gerah karena Asprov PSSI DKI Jakarta mandul, tak bisa meloloskan tim ke PON dua kali berturut-turut,” tambah Gede.
“Jika mereka nyinyir, jika mereka tidak suka dengan kompetisi ini, lalu salahnya di mana?” tanya Gede.
Asprov PSSI DKI Jakarta seharusnya mendukung kompetisi Liga Jakarta U17 karena di sinilah mereka bisa mencari bibit pemain untuk, misalnya menghadapi PON 2026. Asprov PSSI DKI Jakarta tak boleh lagi sibuk mengambil pemain dari luar Jakarta menjelang ada event nasional. Cara itu, menurut Gede, takkan pernah bisa menghasilkan prestasi yang membanggakan.
“Mereka tidak boleh lagi sibuk mengambil pemain dari luar Jakarta terus ganti KTP. Lah kita punya banyak pemain kok,” tegas Gede.
PERLU DILESTARIKAN – J. Erwiyantoro dan kawan-kawan yang menggelar kompetisi Liga Jakarta U17, juga elemen masyarakat lain yang menggelar pertandingan yang lebih bersifat turnamen, sifatnya kan mendukung PSSI. Jadi, kenapa harus dimusuhi?
“Para pemain, di belahan dunia manapun, lahir dari kompetisi yang panjang seperti Liga Jakarta U17 ini,” tambah Gede. “Dari kompetisi yang kompetitiflah lahir pemain berkualitas.”
“Buat saya, Mbah Coco ini adalah makhluk yang harus dilestarikan,” seloroh Gede lagi.
Kompetisi Liga Jakarta U17 ini, menurut Gede, adalah satu-satunya kompetisi sebenarnya yang pernah digelar di Indonesia. Bahkan mungkin ASEAN.
“Saya senangnya apa? Karena di sini banyak orang tua yang juga datang mengantar anaknya bermain. Mereka senang karena anak mereka terhindar dari kegiatan negatif. Setiap pekan anak-anak mereka bertanding 1-2 kali,” ungkap I Gede Widiade lagi.
LIGA SOERATIN DAN LIGA KARTINI – Tahun depan, Mbah Coco juga akan kembali menggelar Liga Jakarta U17 tahun kedua, plus Liga Soeratin U15 dan Liga Kartini U16 untuk wanita.
“Jadi, di balik kritik-kritik pedasnya, Mbah Coco berbuat bagi bangsa ini. PSSI hanya memandang kritik Mbah Coco sebagai tuduhan lalu mereka membenci,” tambah Gede.
Kompetisi Liga Jakarta U17, sekali lagi, akan melahirkan banyak pemain berbakat dari anak negeri sendiri. Jika PSSI mau menggelontorkan uang untik menggelar kompetisi usia muda dan bukan turnamen sesaat seperti Piala Soeratin, PSSI tak seharusnya menghabiskan devisa untuk memboyong pemain-pemain naturalisasi.
Mereka dibayar mahal untuk mengenakan seragam Indonesia, tapi dampaknya bagi pembinaan sepakbola usia muda takkan banyak. Erick Thohir dan kawan-kawan di kepengurusan PSSI saat ini, lebih mengejar ketenaran sesaat, bukan meninggalkan legasi berupa kompetisi yang solid untuk melahirkan pemain berkualitas.***