Di tengah riuhnya kompetisi Liga Jakarta U-17 Piala Gubernur 2025, sosok Rizki Dermawan Saputra mencuri perhatian publik sepak bola usia muda Tanah Air. Bermain untuk klub Soccered, Rizki menempati posisi krusial sebagai gelandang bertahan—peran yang menuntut ketenangan, kekuatan fisik, serta kemampuan membaca permainan dengan cermat. Namun, yang membuatnya unik tak hanya soal peran di lapangan, tetapi juga posturnya yang gempal namun penuh determinasi.
Lahir di Tangerang, 20 Januari 2008, Rizki adalah anak sulung dari dua bersaudara. Ia tumbuh di kawasan Karawaci, dan sejak usia dini telah menaruh cinta mendalam terhadap sepak bola. Namun, perjalanan tubuhnya tak semulus niatnya.
“Tahun 2019 saya masih kurus, berat cuma 45 kg,” kenangnya. “Tapi karena pandemi COVID-19, pola makan jadi kacau, nggak latihan, dan akhirnya berat badan naik jadi 80 kg.”
Meski kini bertubuh gempal, Rizki tak kehilangan semangat. Ia justru memanfaatkan kompetisi yang padat seperti Liga Jakarta U-17 untuk membakar lemak sekaligus mengasah skill. Targetnya kini cukup realistis: menurunkan berat ke angka 70 kilogram sambil tetap tampil optimal di lapangan.
Sebagai gelandang bertahan, Rizki tahu betul karakteristik posisinya: lebih banyak bertahan, kurang menuntut mobilitas tinggi, tapi tetap harus cerdas dalam membaca situasi. “Posisi saya mayoritas bertahan, 60 persen bertahan, 40 persen bantu serangan. Jadi masih bisa menyesuaikan dengan postur saya,” ujarnya jujur.
Uniknya, meski berada di lini belakang, Rizki punya kelebihan lain yang sangat berharga: spesialis bola mati. Tendangan bebas, tendangan sudut, hingga skema bola mati lainnya—semua sering dipercayakan padanya. “Saya memang sering dilatih jadi penendang bola mati. Setiap menjelang pertandingan, saya latihan tendangan bebas dan tendangan sudut,” ujar Rizki. Bahkan, dalam beberapa laga di Liga Jakarta U-17, namanya tercatat sebagai pencetak gol lewat skema bola mati. Terakhir, ia sukses menggetarkan jala lawan, lewat satu aksi tendangan bebas dari sisi kanan gawang saat timnya memetik kemenangan 4-0 atas UMS.
Namun, jauh dari sorotan gol atau statistik, ada motivasi yang lebih dalam dalam diri Rizki: membahagiakan orang tua. Tak sekedar ucapan, rasa cinta itu juga diungkapkannya dalam bentuk berbeda. Memasang foto kedua orang tua dan saudarannya di deker atau pelapis benturan kaki saat turun ke lapangan.
“Mereka dari saya kecil sudah antar ke mana-mana untuk latihan, dukung terus. Masa saya nggak ada progres? Ini bentuk tanggung jawab saya buat mereka,” ucapnya penuh rasa syukur.
Di sela-sela target penurunan berat badan dan prestasi di lapangan, Rizki juga mulai memikirkan masa depan akademik. “Kalau harus kuliah, mungkin ambil yang nyambung seperti olahraga di UNJ. Tapi yang utama tetap ingin jadi pemain profesional,” katanya mantap.
Melalui Liga Jakarta U-17, Rizki tak hanya membangun fisik dan skill, tapi juga mental bertanding dan karakter pribadi. “Dari kekalahan saya belajar bangkit dan tetap fokus. Itu pelajaran penting yang saya bawa ke setiap pertandingan.”
Rizki Dermawan Saputra mungkin bukan pemain dengan tubuh atletis ideal. Tapi lewat semangat, kecerdasan taktik, dan rasa tanggung jawab, ia membuktikan bahwa ukuran tubuh bukan penghalang untuk tampil bersinar di lapangan hijau.